Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kamuflase dan mimikri serta perbedaannya




Perilaku penyamaran selalu ditemukan dua istilah yang sering tumpang tindih dalam penggunaannya yaitu penyamaran yang diistilahkan dengan “kamuflase” dan “mimikri”. Kamuflase (camouflage) adalah proses perubahan warna atau pola pada mahluk hidup untuk menyatu dengan lingkungannya agar tidak terlihat dengan jelas (membaur). Kamuflase dapat dianggap sebagai mimikri visual. Ketika bunglon berubah warna dan berkamuflase di sekitarnya sehingga mangsa tidak dapat menemukannya dengan mudah. Ada banyak hewan yang meniru lingkungan mereka atau spesies lain di sekitarnya. Beberapa contoh adalah kupu-kupu, kumbang, beberapa ikan, dan beberapa amfibi.



Mimikri (mimicry) adalah perilaku suatu spesies yang "meniru" spesies lain dalam hal suara, penampilan, bau, perilaku, atau lokasi untuk melindungi diri. Jenis mimikri yang paling umum adalah disebut mimikri Batesiari yakni spesies yang tidak berbahaya meniru spesies yang berbahaya atau beracun. Bentuk mimikri ini pertama kali ditunjukkan oleh Bates lebih dari seratus tahun yang lalu. Mimikri pada prinsipnya bukan proses melindungi diri dari persembunyian, tetapi terlindungi karena kesalahan deteksi atau sesuatu yang dihindari oleh predator karena berbahaya (predator yang lebih tinggi) atau rasa dan tampilan yang buruk (beracun, berbau dll).  Jadi kamuflase berupa upaya organisme untuk membaur dengan lingkungan sehingga sulit dikenali sedangkan mimikri adalah upaya organisme untuk terlihat seperti sesuatu yang lebih mengancam (berbahaya).

Perbedaan yang kurang tegas antara kamuflase dan mimikri adalah ketika dua fenomena (mimikri dan kamuflase) tersebut terdapat pada hewan yang menyerupai bagian tumbuhan, baik menyerupai batang (ranting), daun, maupun bunga. Hewan yang menyerupai ketiga bentuk bagian tumbuhan tersebut dikelompokan sebagai kamuflase karena tumbuhan adalah bagian dari lingkungan organisme. Sebaliknya perilaku tersebut dikategorikan sebagai perilaku mimikri atau meniru bentuk organisme lain karena tumbuhan juga merupakan organism.



Penyamaran umumnya dipakai oleh semua mahluk hidup baik untuk kepentingan terhindar dari deteksi pemangsa maupun mangsa. Jika merujuk sejumlah penelitian yang dipublikasi oleh para peneliti, perilaku ini lebih cenderung pada upaya terhindar dari deteksi pemangsa (predator). Contoh serangga yang memiliki kemiripan dengan kotoran burung (Hebert 1974), mimikri daun pada kupu-kupu membantu meyakinkan Wallace (1889) tentang adanya kekuatan seleksi alam. Strategi lain termasuk 'menghias' tubuh dengan barang-barang dari lingkungan, seperti yang dilakukan beberapa jenis kepiting (Hultgren & Stachowicz 2008). Keragaman strategi penyamaran ini merupakan bukti pentingnya menghindari pemangsaan karena pemangsaan merupakan salah satu tekanan seleksi paling penting yang dihadapi suatu organisme. Persembunyian merupakan salah satu cara utama untuk melakukannya dan kamuflase dan mimikri adalah bagian dari strategi organisme untuk bersembunyi dari predator.
Peran penyamaran pada mahluk hidup memang diperlukan penelitian yang lebih konprehensif agar kesimpulan yang diambil tidak subyektif atau bersifat common sense. Pada beberapa kasus, serangga menyamarkan diri dengan lingkungannya untuk menghindari pemangsaan, sedangkan pada kasus lain, penyamaran dilakukan oleh pemangsa untuk mendapatkan mangsa. Kupu-kupu adalah salah satu serangga yang menggunakan penyamaran untuk menghindari pemangsaan, sedangkan beberapa spesies lalat syrphid predator genus Microdon mampu menirukan bentuk maupun bau dari semut Camponotus dan Formica calon mangsanya.
Beberapa jenis mimikri pada serangga yang sudah dipelajari oleh para entomolog adalah mimikri Batesian, mimikri Mullerian, mimikri Browerian, dan Pechamian. Masing-masing jenis mimikri tersebut unik ditemukan pada jenis serangga tertentu. Ada dua alasan kenapa serangga ini menggunakan media disekitarnya. 1. Untuk menipu mangsa, 2.jika pemangsa akan menyerang, setidaknya tubuh mimikri tidak langsung terluka karena akar atau ranting itulah yang melindunginya.
Beberapa hewan, seperti pada spesies ikan sotong, dapat memanipulasi chromatophores mereka untuk merubah warna seluruh kulit mereka. Hewan memiliki sekumpulan chromatophores, setiap chromatophores mengandung satu single pigment. Individual chromatophores dikelilingi oleh otot-otot lingkar yang dapat mengerut (kontraksi) dan meregang. Ketika ikan sotong mengerutkan otot, seluruh pigment akan mengalir ke permukaan chromatophore. Sel-sel di bagian atas akan mengembang membentuk lingkaran besar. Jika otot-otot dalam keadaan rileks, sel kembali ke bentuk semula berupa lingkaran kecil yang sulit di lihat. Dengan melakukan konstraksi pada semua chromatophores dengan pigment tertentu, dan merelaks-kan otot yang lain dengan pigment berbeda, hewan dapat merubah secara keseluruhan warna pada tubuh mereka.
Ikan sotong dengan kemampuan ini dapat membuat warna dangan range yang lebar dan corak yang menarik. Dengan mengamati pola warna dari latar lingkungan dan meregangkan kombinasi yang tepat dari chromatophore, hewan dapat menyatu menyerupai keadaan warna alam sekitar. Ikan sotong juga menggunakan kemampuan merubah warna tubuh ini untuk berkomunikasi dengan sesamannya.
Perubahan warna yang sangat terkenal, chameleon (bunglon), merubah warna kulitnya dengan mekanisme yang sama. Perubahan dimulai ketika mata mengamati lingkungan sekitar. Respon dari mata kemudian disampaikan ke otak, dan otak menggerakkan otot-otot chromatophore sehingga merubah warna kulit tubuh menyerupai sekitarnya.
Tapi perubahan warna kulit demi tujuan untuk kamuflase. Beberapa species Chameleon merubah warna kulitnya lebih karena perubahan mood. Bukan karena mereka bergerak ke lingkungan dengan nuansa warna yang berbeda. Perubahan mood, seperti terkejut, stress, takut, birahi, diekspresikan dengan perubahan warna kulit tubuhnya.
Perbedaan Mimikri dengan Kamuflase
Mimikri: proses adaptasi dimana warna kulit hewan akan berubah sesuai dengan tempatnya ia singgahi untuk melindungi diri dari predator dan mencari mangsanya
Kamuflase: proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari makan.
 

Contoh:
Chetah/singa suka mengintai mangsanya diantara rumput alang-alang yang berwarna coklat agar tidak terlihat oleh mangsanya hal ini terjadi karena warna rambut singa sama dengan warna rumput tersebut.

Ular piton hijau suka berdiam di dahan pohon yang berwarna hijau sambil mengintai mangsanya yaitu katak pohon atau burung.

Secara lengkap gambar gambar berikut ini merupakan bentuk kamuflase atau mimikri hewan yang dilakukan oleh sejumlh hewan untuk tetap melangsungkan kehidupan di alam liar.